17 Desember 2003, 1315 di Al 22C . . .
Setelah tadi dapet giliran yg sedikit ‘menyulitkan’u/ku, sekarang waktunya menyampaikan uneg2 pribadi.
Mengingat kembali sejarah lahirnya O-diary, yg awalnya tak lebih dr buku curhat kehidupan Lab O. Nyatanya tak hanya meng-cover kehidupan lab O itu sendiri. Namun sudah merasuk ke detak jantung penghuni, penggemar dan orang2 yg merasakan ikatan batin dg Lab O. Bahkan saat keberadaannya tak lagi menyemarakkan lab O, keterikatan dg O-diary sulit u/ diputus.
Ngga’ Rela rasanya melihat O-diary terlupa dan tersisih di Lab O itu sendiri. Ngga’ tega jika cerita O-diary berhenti begitu saja, terpotong hanya karena ruang yg tak lagi menyatukan. Sedangkan cerita yg tersisa masih bertumpuk dalam ingatan kita.
Biarlah semua mengalir seindah kenangan yg terukir hingga O-diary tak lagi terikat pada Lab O. Karna JIWA tak hanya terikat pada satu ruang. Karna JIWA-lah Inspirasi yg tak kan mati. Dan O-diary tlah mjd Inspirasiku, tuk belajar & terus BELAJAR, tuk ber-REAKSI sesuai kondisi.
O-diary pula peredam multi fungsi-ku, redakan gejolak hati, amarah, kecewa & sakit hati. Hingga percikan bunga api gembira tak lagi silaukan mata dan duka nestapa tak sampai luluh lantakkan dada.
Thanks O.diary !
Friday, April 3, 2009
the JOGJA Story........
Terima KASih atas KESEMPATAN yang udah diberikan u/ku meNGgoReskan peNa ini, meluKISkan kembali KeNangGAN yang sempat terselip itu.
[ya Allah…beri kekuatan untuk mengumpulakan serpihan CeRita penuh CERITA itu. Jgn Kau biarkan aku tergelincir & menggelincirkan . . . . Amin].
So, let’s go . . . .
Yogya….here we’re come !!
Itu salah satu kalimat yg tak sempat terucap saat kumasuki Yogya. Maunya sih teriak bareng Yuli, tapi . . . . dianya kecapekan dan meReM terus selama perjalanan. Soalnya kan barusan dapet SMS dari . . . iiii . . . takut ah ngomongin ini. Lagipula . . . saat kuingat “satu yang tak bisa ikut” (jadi inget lagunya Reza) . . . uh . . . kacian Nana.
Padahal kalo bisa bareng ber-3 kan lebih Asyik, Rame & yang jelas LEGA karna akhirnya bisa juga ke Yogya.
Yach sebagai bukti Solidaritas, Senin pagi telpon ke Blitar deh, dan telpon ke kota laen juga sih (hehehe... masalahnya ada perubahan rencana sih . . . jadi ya konfirmasi lah . . . )
Selama di Yogya yg Cuma sehari itu kita ke Lab KO UGM u/ analisis GC-MS dan keperluan analisis laennya. Eh, sempat ketemu ama bu Vina yg juga lagi analisis u/ S2nya. Selama menunggu analisis ada satu peristiwa yg terekam begitu jelas & membuat Yuli sedikit ragu u/ ngambil S2 di UGM (kalo nanti bener2 terjadi apa yg menjadi impiannya itu) . . . hehehe . . . sorry ya Yul !! . . .
Sebenarnya bukan masalah besar sih, cuman masalah BAHASA aja. Pasalnya ada mahasiswa yg konsultasi ke
Pak Poyo (operator GC-MS) dg bahasa Jawa, kromo Inggil, halus banget ! (Kalo Emi pasti udah mahir )
Untungnya rasa BOSAN yang hinggap sejak siang itu terobati lewat Jalan2 keliling UGM . . . ga’ tahu udah benar2 keliling apa belum sih . . . Dan yg paling manjur, Kesempatan berpose di bbrp sudut strategis yg semoga aja bisa mewakili kenangan selama di UGM. Wah . . . jadi inget Nana lagi nih, terutama ekspresinya yg sudah bisa diprediksikan.
Sebagai penutup perjalanan . . . ke Yogya belum lengkap tanpa tengok Malioboro sambil cicipi Gudeg Yogya dan bawa pulang Bakpia Pathok . . ., biar yg ga’ ikutan bisa tetep ngerasain jajanan khas yogya.
After that, Good Bye Yogya !!!
Dan kembali, melaju tembus pekatnya malam. Demi satu janji berhenti di Nganjuk permai. Sedamai kerlip bintang di angkasa, lelap mata terpejam. Demi satu tugas menanti esok hari.
Teriring tatap penuh selidik yg merisihkan, ber-2 aku & Yuli, mulai perjalanan ManDIRI. Naik bis ke Surabaya, LDB Unair tujuannya. Analisis HNMR keperluannya. Cepat selesai harapannya. Perut yg lapar alasannya….dan Siomay pojok Unair solusinya . . .
Terimakasih pak Aris, bu Toetik & bu Aniek. Doakan kami cepat sampai ke Malang tuk lepaskan semua lelah ini. Namun rupanya perjalanan kereta api kami tak selancar harapan, dan malam kembali menyapa jejak langkah masuki Malang Raya ini.
Oh ya hampir lupa, TERIMA KASIH yg tak terhingga kami sampaikan kepada pihak SPONSOR, penyandang DANA, sekaligus pemandu perjalanan atas SUKSESnya kegiatan ini. Kami akan selalu menunggu keSEMpatan berikutnya . . .
masih . . . O,diary!
[ya Allah…beri kekuatan untuk mengumpulakan serpihan CeRita penuh CERITA itu. Jgn Kau biarkan aku tergelincir & menggelincirkan . . . . Amin].
So, let’s go . . . .
Yogya….here we’re come !!
Itu salah satu kalimat yg tak sempat terucap saat kumasuki Yogya. Maunya sih teriak bareng Yuli, tapi . . . . dianya kecapekan dan meReM terus selama perjalanan. Soalnya kan barusan dapet SMS dari . . . iiii . . . takut ah ngomongin ini. Lagipula . . . saat kuingat “satu yang tak bisa ikut” (jadi inget lagunya Reza) . . . uh . . . kacian Nana.
Padahal kalo bisa bareng ber-3 kan lebih Asyik, Rame & yang jelas LEGA karna akhirnya bisa juga ke Yogya.
Yach sebagai bukti Solidaritas, Senin pagi telpon ke Blitar deh, dan telpon ke kota laen juga sih (hehehe... masalahnya ada perubahan rencana sih . . . jadi ya konfirmasi lah . . . )
Selama di Yogya yg Cuma sehari itu kita ke Lab KO UGM u/ analisis GC-MS dan keperluan analisis laennya. Eh, sempat ketemu ama bu Vina yg juga lagi analisis u/ S2nya. Selama menunggu analisis ada satu peristiwa yg terekam begitu jelas & membuat Yuli sedikit ragu u/ ngambil S2 di UGM (kalo nanti bener2 terjadi apa yg menjadi impiannya itu) . . . hehehe . . . sorry ya Yul !! . . .
Sebenarnya bukan masalah besar sih, cuman masalah BAHASA aja. Pasalnya ada mahasiswa yg konsultasi ke
Pak Poyo (operator GC-MS) dg bahasa Jawa, kromo Inggil, halus banget ! (Kalo Emi pasti udah mahir )
Untungnya rasa BOSAN yang hinggap sejak siang itu terobati lewat Jalan2 keliling UGM . . . ga’ tahu udah benar2 keliling apa belum sih . . . Dan yg paling manjur, Kesempatan berpose di bbrp sudut strategis yg semoga aja bisa mewakili kenangan selama di UGM. Wah . . . jadi inget Nana lagi nih, terutama ekspresinya yg sudah bisa diprediksikan.
Sebagai penutup perjalanan . . . ke Yogya belum lengkap tanpa tengok Malioboro sambil cicipi Gudeg Yogya dan bawa pulang Bakpia Pathok . . ., biar yg ga’ ikutan bisa tetep ngerasain jajanan khas yogya.
After that, Good Bye Yogya !!!
Dan kembali, melaju tembus pekatnya malam. Demi satu janji berhenti di Nganjuk permai. Sedamai kerlip bintang di angkasa, lelap mata terpejam. Demi satu tugas menanti esok hari.
Teriring tatap penuh selidik yg merisihkan, ber-2 aku & Yuli, mulai perjalanan ManDIRI. Naik bis ke Surabaya, LDB Unair tujuannya. Analisis HNMR keperluannya. Cepat selesai harapannya. Perut yg lapar alasannya….dan Siomay pojok Unair solusinya . . .
Terimakasih pak Aris, bu Toetik & bu Aniek. Doakan kami cepat sampai ke Malang tuk lepaskan semua lelah ini. Namun rupanya perjalanan kereta api kami tak selancar harapan, dan malam kembali menyapa jejak langkah masuki Malang Raya ini.
Oh ya hampir lupa, TERIMA KASIH yg tak terhingga kami sampaikan kepada pihak SPONSOR, penyandang DANA, sekaligus pemandu perjalanan atas SUKSESnya kegiatan ini. Kami akan selalu menunggu keSEMpatan berikutnya . . .
masih . . . O,diary!
Friday, March 20, 2009
so SORRY
Setelah 2 hari yang melelahkan itu, masih ada perjalanan yang melelahkan (sepertinya sih, soalnya aku ngga’ ikut). Entah malam Minggu atau Minggu paginya Yuli dapat instruksi dari Bapak untuk ikut ke Yogya. Karena sangat mendesak dan sebetulnya tidak seperti keinginan kami yang sudah berencana pulang hari Minggu itu, ada satu yang tertinggal,…….yaitu aku!! I missed the trip and I got surprised when in Monday morning my phone rang and I hear that news,
“Ratna saiki nang ndi?”
“Nang omah
(eh……kleru ding, wong wis nggenah telfone nang omah, sorry rada lali!!!)
Kira-kira percakapannya seperti ini :
“Ratna mulihe kapan?”
“Wingi Ndah, jam sepuluhan”
“Aaaa….”
“Apa Ndah?”
“Aku saiki nang Yogya!”
“WAAAA!!!!”
Maka seharian itu kudendangkan lagu KLA dengan sendu….
Kapankah pulang ke kota itu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masihkah seperti dulu
Akankah tiap sudut menyapaku bersahabat
Mungkinkah penuh selaksa makna
Of course I could not sang the song like the way it is used to be, cause I’m not there, in Yogyakarta, so the lyrics of the song turn to questions.
Hayyyooo….sekarang sesi berikutnya siapa mo cerita…??
{Naayni}
“Ratna saiki nang ndi?”
“Nang omah
(eh……kleru ding, wong wis nggenah telfone nang omah, sorry rada lali!!!)
Kira-kira percakapannya seperti ini :
“Ratna mulihe kapan?”
“Wingi Ndah, jam sepuluhan”
“Aaaa….”
“Apa Ndah?”
“Aku saiki nang Yogya!”
“WAAAA!!!!”
Maka seharian itu kudendangkan lagu KLA dengan sendu….
Kapankah pulang ke kota itu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masihkah seperti dulu
Akankah tiap sudut menyapaku bersahabat
Mungkinkah penuh selaksa makna
Of course I could not sang the song like the way it is used to be, cause I’m not there, in Yogyakarta, so the lyrics of the song turn to questions.
Hayyyooo….sekarang sesi berikutnya siapa mo cerita…??
{Naayni}
Subscribe to:
Posts (Atom)